Minggu, 29 Mei 2016

SERPIHAN RIWAYAT CINDUO MATO

Dikisahkan Oleh : 


Emral Djamal Datuk Rajo Mudo


Dewang Cando Ramowano, Dang Bagindo Rajo Mudo, Tuanku Berdarah Putih, adalah tokoh sejarah, panglima perang dan pernah jadi Daulat Rajo Alam Minangkabau.

Pada saat serangan bajak dan bajau Cina datang melanda Tanah Datar yang mengakibatkan Bundo Kanduang dan para mentri Basa Empat Balainya meninggalkan wilayah ini, karena dikuatirkan akibatnya dapat menghancurkan kerajaan Pagaruyung maka Pagaruyung diserahkan kepada Ampanglimo Parang Dang Bagindo Cindua Mato, Dewang Cando Ramowano yang menghadapi parang basosoh di Padang Gantiang, Tanah Datar.
Cindua Mato saat itu kewalahan menghadapi serangan musuh sehingga kemudian dapat ditawan Cina Kuantuang. Dengan tertawannya Cindua Mato, Pagaruyung menjadi kritis, Ulak Tanjuang Bungo pun menangis, Pusat Pulau Paco akan terbabat habis, sementara Pariangan Padang Panjang tidak punya inisiatif.
Berita tertawannya Cindua Mato sampai ke Ranah Sikalawi, kepada Tuanku Bagindo Rajo Mudo adik kandung Bundo Kanduang Puti Panjang Rambut, ayah Puti Reno Kemuning Mego yang berkedudukan di istana Sialang Koto Rukam, Ranah Sikalawi. Tuanku Bagindo Rajo Mudo lalu mengirim pasukan khusus untuk melepaskan kembali Dewang Cando Ramowano dari tawanan Cina Kuantuang.

Kondisi prihatin yang terjadi di Pagaruyung menyebabkan Cindua Mato kembali pulang ke Pagaruyung Minangkabau. Dan tak ada pilihan lain, mahkota yang ditinggalkan Dang Tuanku dengan istrinya, serta bersama Bundo Kandung yang meninggalkan istana, akhirnya dijunjungkan kepada Cindua Mato, oleh Pucuk Nagari Tuo Sungai Tarab yang juga menjadi mertuanya sendiri, yakni Tuan Titah Alam Minangkabau yang memegang Pucuk Kelarasan Koto Piliang di Sungai Tarab.
Pada mulanya Cindua Mato naik nobat dengan memangku gelar warisan Datuk Bandhaharo Putih sebagai Tuan Titah Dalam Alam, duduk bersama istri Puti Reno Marak Ranggo Dewi, salah seorang dari putri kembar Pucuk Nagari Sungai Tarab, Tuan Titah yang Tua. Sedangkan putri yang satu lagi yakni Puti Reno Marak Ranggowani dikawinkan dan duduk bersanding dengan Tuanku Rajo Buo, Rajo Adat Rajo Jauhari di Buanopuro.
Kemudian ternyata Cindua Mato punya beberapa orang istri dari daerah taklukan dan kekuasaannya disamping istrinya yang di Sungai Tarab juga ada di Bengkulu,Tanah Sangiang, dan Indrapura dan punya keturunan sampai sekarang. Cindua Mato wafat dan dikuburkan di Lunang yang setelah perang usai menyusul Bundo Kandung dan Dang Tuanku yang lebih dahulu berada di sana.